By Nyoman Djepun on Wednesday,
October 19, 2011 at 7:48pm
A.
Pengertian dan Tujuan Puasa atau Doa-Puasa
Dalam Alkitab berpuasa
menunjukkan disiplin berpantangan makanan dengan maksud rohani. Sekalipun
berpuasa sering dikaitkan dengan doa, namun puasa harus dipandang sebagai suatu
tindakan rohani tersendiri. Sebenarnya puasa dapat disebut “berdoa tanpa
mengucapkan kata-kata”. Ada tiga bentuk puasa yang utama yang dikemukakan dalam
Alkitab, yakni:
1.
Puasa yang biasa: berpantang semua makanan, baik yang keras maupun yang lembut,
tetapi
tidak berpantang air. Contohnya: puasa yang dilakukan Yesus selama 40 hari
(luk.4:2) dan
kemudian Ia merasa lapar (tidak disebut dan merasa haus).
2.
Puasa sepenuhnya: tidak makan dan minum (Est.4:16; Kis.9:9). Pada umumnya puasa
ini
dilaksanakan tidak lebih dari tiga hari. Tubuh seseorang mulai menjadi kering
apabila tidak
mendapat air selama lebih dari dua hari. Memang Musa dan Elia melakukan puasa
sepenuhnya
selama 40 hari, tetapi saat itu mereka berpuasa dengan keadaan adikodrati
(Kel.34:28; Ul.9:9,18; 1Raj.19:8).
3.
Puasa sebagian: pembatasan makanan dan bukan tidak makan sama sekali
(Dan.10:3).
Dalam Perjanjian Lama umat Allah
melakukan puasa untuk menunjukkan kerendahan hati, penyangkalan diri, dan
kapatuhan kepada Allah serta mencari kasih karunia, pertolongan, perkenanan
dari-Nya (Ezr.8:21,31). Kapankah dan dalam kondisi apa umat Allah tersebut
melakukan puasa? Hal ini kurang dijelaskan secara terperinci dalam Alkitab,
namun ada beberapa hal yang menjelaskan di saat mana mereka melakukan puasa,
yakni:
1.
Ketika tertekan oleh kesusahan yang berat (2Sam.12:16-23; 1Raj.21:20-27;
Mzm.35:13; 69:11).
2.
Sedang menyembah Allah pada Hari Pendamaian (bd. Im.16:29-31; 23:26-32).
3.
Ingin menunjukkan pertobatan dan penyesalan (1Raj.21:27-29; Yun.3:4-10)
4.
Sedang berhadapan dengan bahaya (2Taw.20:3; Ezr.8:21-23), penyakit
(2Sam.12:15-16), dan kematian
(1Sam.31:13).
5.
Sedang mempersiapkan diri untuk pelayanan (Kel.34:28; Ul.9:9-18).
6.
Mencari Allah untuk peembaharuan dan pemulihan (Dan.9:3-19).
Di atas telah disebutkan bahwa
puasa sering dihubungkan dengan doa, yang biasa disebut dengan doa-puasa. Dalam
Alkitab, doa puasa-pun sering dilakukan dengan tujuan untuk:
1.
Menghormati Allah (Mat.6:16-18; Za.7:5; Luk.2:37)
2.
Merendahkan diri di hadapan Allah (Ezr.8:21; Mazm.69:11; Yes.58:3) agar lebih
banyak
mengalami kasih karunia (1Ptr.5:5) dan mengalami kehadiran Allah yang khusus
(Yes.57:15;
58:6-9).
3.
Meratapi dosa dan kegagalan pribadi (1Sam.7:6; Neh.9:12).
4.
Meratapi dosa-dosa gereja, bangsa dan dunia (1Sam.7:6; Neh.9:12).
5.
Mencari kasih karunia untuk tugas yang baru dan menetapkan kembali
penyerahan diri kita
kepada Allag (Mat.4:2).
6.
Mendekatkan diri kepada Allah lewat bertekun di
dalam doa untuk melawan kuasa-kuasa
rohani yang menentang (Hak.20:26; Ezr.8:21; Yl.2:12; Luk.18:3; Kis.9:8-19).
7.
Menunjukkan pertobatan dan dengan demikian memberikan kesempatan kepada Allah
untuk
mengubah maksudNya menghukum kita (2Sam.12:16; Yun.3:5,10).
8.
Menyelamatkan orang dari kuk kejahatan (Yes.58:6; Mat.17:14-21; Luk.4:18).
9.
Memperoleh petunjuk dan hikmat mengenai kehadiran Allah (Kis.13:2-3).
10.
Mendisiplinkan tubuh agar dapat menguasai diri (Mzm.35:13; Rm.13:14; 1Kor.9:27)
11. Membuka
jalan bagi pencurahan Roh Kudus dan kedatangan Kristus kembali untuk umat
pilihan-Nya (Mat.9:15).
B. Tata
Cara Melaksanakan Puasa atau Doa-Puasa
Jika kita meneliti dengan seksama tata cara pelaksanaan puasa dalam Alkitab,
maka kita tidak akan menemukan secara detail bagaimana hal itu dilaksanakan.
Bahkan dalam aturan Yahudi berdasarkan Hukum Taurat –yang adalah
Perjanjian Lama dalam Alkitab kita-, hal itu tidak banyak diatur.
Namun, dalam Perjanjian Baru kita menemukan sedikit uraian tentang
bagaimana cara berpuasa sebagaimana dikatakan Tuhan Yesus dalam Mat.6:16-18:
"Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik.
Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa.
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi
apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan
dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu
yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan
membalasnya kepadamu." Dari kutipan ayat ini kita dapat
menyimpulkan tentang kriteria atau syarat melaksanakan puasa maupun doa
puasa dalam kekristenan saat ini, yakni:\
1.
Jangan “pamer” kepada orang lain bahwa kita sedang berpuasa
2.
Jangan lakukan dengan kemunafikan, yakni saat berbuasa justru kita sedang
melakukan dosa
dan kejahatan (bd. Yes.58:4)
3.
Lakukan puasa hanya untuk Tuhan dalam ketulusan, bukan karena ingin mendapat
pujian
orang.
4.
Lakukan dengan wajar tanpa menarik perhatian orang.
Kapan dan bilamana puasa itu
dilaksanakan? Aturan waktu pelaksanaan puasa tidak dijelaskan secara terperinci
dalam Alkitab. Namun, berdasarkan uraian tentang tujuan puasa di atas kita
dapat menyimpulkan bahwa puasa dilaksanakan tidak berdasarkan waktu terjadwal
atau aturan baku tertentu, melainkan berdasarkan kondisi atau kebutuhan
pribadi yang akan melaksanakan puasa (bd. Dan.9:3-19). Sebagai contoh misalnya
jika ingin sembuh dari sakit dan memintah jamahan Tuhan secara khusus,
orang tersebut dapat melakukan doa puasa (bd. 2Sam.12:15-16). Dengan kata lain
tindakan puasa berhubungan erat dengan komitmen seseorang untuk melakukan
yang terbaik bagi Tuhan. Perhatikanlah bahwa puasa dilakukan untuk
Tuhan, sehingga soal waktu -kapan pelaksanaannya dan bagaimana
melaksanakannya- diserahkan sepenuhnya kepada tiap pribadi berdasarkan komitmen
yang ia buat.
Dalam Daniel 10:3 kita
menemukan bahwa lamanya waktu puasa dan jenis puasa yang dilakukan amat
tergantung pada pilihan dan putusan pribadi seseorang yang akan melaksanakan
puasa. Memang kita mendapat kesan, bahwa kegiatan puasa seakan “tidak
mendapat perhatian” Alkitab dibanding dengan kegiatan-kegiatan rohani lainnya.
Hal ini disebabkan karena puasa adalah sarana pelengkap dari berbagai kegiatan
rohani lainnya yang tidak terikat menjadi suatu keharusan untuk dilaksanakan.
Sebagai contoh:
-
Setiap orang percaya diwajibkan untuk berdoa, namun tidak diharuskan untuk
melaksanakan
puasa.
-
Setiap orang percaya harus mengaku dosanya dan memohon pengampunan dari
Allah agar
keselamatan yang telah ia terima tidak diambil darinya, namun tidak
diharuskan untuk
melaksanakan puasa untuk memperoleh keselamatan itu.
Itulah sebabnya Yesus tidak
mempermasalahkan para murid ketika mereka tidak ikut berpuasa sebagaimana
dilakukan oleh orang Israel umumnya dan para Farisi khususnya (bd. Mat.9:14).
Hal ini tidak berarti bahwa berpuasa tidak memiliki keunggulan dan
kegunaan. Perhatikanlah uraian tentang tujuan dan manfaat puasa di atas!
Pada umumnya puasa menyenangkan hati Tuhan, asalkan itu diimbangi dengan
perbuatan-perbuatan benar (bd, Yes.58:4), bahkan membantu memaksimalkan kuasa
doa dan permohonan tertentu kepada Tuhan. Sebagai contoh, doa dan puasa mampu
mengusir kuasa setan yang mengganggu kehidupan rohani dan jasmani seseorang
(Mat.17:14-21).
Jika puasa adalah suatu komitmen
saudara untuk dilakukan kepada Tuhan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang
saudara inginkan dan berkenan dihadapan Tuhan, maka berikut ini sedikit saran
cara melakukan puasa (doa-puasa):
1.
Sediakan beberapa hari untuk menyiapkan pelaksanaan puasa
2.
Tentukan Jenis Puasa apa yang akan anda lakukan. Misalnya: Puasa penuh (tidak
makan dan
minum); Puasa biasa (tidak makan); Puasa sebagian (berpantangan makanan
tertentu)
3.
Tentukan kapan akan dilaksanakan dan berapa lama. Misalnya: satu hari penuh,
atau berarti
24 jam pelaksanaan (Jika dimulai jam 10.00 maka mesti berakhir pukul 10.00
esok harinya);
Bisa juga setengah hari atau 12 jam pelaksanaan (Jika dimulai pkl 07.00 maka
mesti berakhir
pkl 19.00). Inilah yang disebut dengan komitmen dan laksanakan komitmen itu.
4.
Tentukan tujuan dari pelaksanaan puasa itu. Misalnya: agar mendapatkan karunia
khusus;
kesembuhan dari sakit; pekerjaan dll; atau tanpa permintaan khusus hanya
untuk
menyenangkan hati Tuhan.
5.
Sampaikan semua komitmen saudara itu (point 2-4) kepada Tuhan melalui doa pada masa
persiapan pelaksananan puasa (point 1). Ingatlah masa persiapan ini sangat
penting. Isilah
masa persiapan ini dengan doa dan pujian pada waktu2 tertentu di dlm kamar
misalnya.
6.
Hindari segala bentuk tindakan, perkataan atau pikiran yang jahat yang akan
membawa anda
jatuh dalam dosa pada masa persiapan dan di saat pelaksanaan puasa. Jika tidak
puasa anda
batal.
7.
Karena ini adalah komitmen anda di hadapan Tuhan, maka laksanakan dengan
sepenuh hati.
Ingatlah jangan batalkan komitmen yang sudah diucapkan. Sebab itu merupakan
“janji” anda
dihadapan Tuhan. Jika tidak, maka anda “berhutang” janji kepadaNya.
Karena lebih baik tidak
bernazar, dari pada mengucapkan nazar di hadapan Allah namun tidak menepatinya.
(Ul.23:21).
8.
Selama melaksanakan puasa, jangan lupa untuk menyampaikan permintaan khusus
kepada Allah
(melalui doa) berdasarkan tujuan puasa yang telah anda tetapkan sebelumnya
(point 4)
Adakah pantangan yang mengahalangi
seseorang melaksanakan puasa?
Pertanyaan ini sering dihubungkan
dengan beberapa aturan pada agama tertentu (Yahudi dan Islam). Satu
diantaranya, jika seorang perempuan sedang “datang bulan” (haid) maka
haram hukumnya untuk beribadah, masuk dalam rumah ibadah atau melaksanakan
kegiatan keagamaannya. Dalam perjanjian lama atau Hukum Taurat (kitab
Kejadian-Ulangan) –yang adalah aturan agama Yahudi- setiap orang
dilarang untuk beribadah atau menjalankan kegiatan kerohaniannya jika ia sedang
dalam kondisi/keadaan Najis. Seseorang dikatakan najis jika:
1.
Terkena pada sesuatu yang najis antara lain binatang, bangkai binatang (Im.5:2)
2.
Perempuan yang baru melahirkan, ia najis selama 7 hari (Im.12:2)
3.
Jika menderita penyakit Kusta (Im.13:3)
4.
Aurat Laki2 mengeluarkan lelehan mengalami kenajisan sampai 8 hari terhitung
saat lelehan itu
sudah berhenti (Im.15:2-15)
5.
Laki2 yang tertumpah spermanya mengalami kenajisan sampai matahari terbenam
(Im.15:17)
6.
Perempuan yang “cemar kain” atau haid mengalami kenajisan selama 7 hari
masa cemar kain
ditambah 7 hari sesudahnya (Im.15:19,28)
7.
Bila menyentuh mayat mengalami kenajisan selama 7 hari (Bil.19:11).
8.
dll
Dengan demikian orang yang sedang
haid, menurut Hukum Taurat dilarang beribadah dan melaksanakan kegiatan Rohani,
termasuk di dalamnya Puasa. Mengapa Gereja tetap memperbolehkan perempuan yang
sedang haid untuk masuk gedung Gereja dan beribadah, bahkan melayani Tuhan?
Jawabannya sederhana! Bahwa Hukum Taurat yang ada dalam Perjanjian Lama tidak
berlaku pada setiap orang yang percaya kepada Yesus Kristus. Perhatikan salah
satu aturan Hukum Taurat tentang dilarang bekerja pada Hari Sabat.
Waktu Yesus diprotes karena para murid bekerja pada hari sabat dan Yesus
menyembuhkan orang pada hari sabat, Yesus berkata: “Anak manusia adalah Tuhan
atas hari sabat (Mat.12:8; Luk.6:5). Secara tidak langsung bahwa Ia lebih
tinggi dari aturan sabat, termasuk aturan Hukum Taurat. Di tempat lain dalam
Alkitab ditegaskan bahwa aturan Hukum Taurat adalah penuntun
Iman kepada Yesus Kristus. Jika Kristus telah hadir di dunia, maka kuasa Hukum
Taurat tidak berlaku lagi (Gal.3:19-29).
Dari uraian diatas kita dapat
menyimpulkan bahwa aturan Hukum Taurat sudah tidak berlaku lagi bagi mereka
yang percaya kepada Yesus Kristus. Itulah sebabnya peraturan sunat, najis waktu
haid, aturan sabat, korban bakaran dll dalam Hukum Taurat tidak menjadi
Dogma dan ajaran Gereja. Sekarang bolehkan orang berpuasa saat Haid? Jawabnya
BOLEH! Bukan kenajisan lahiriah (haid, kusta, kena sperma, menyentuh
mayat, tidak sunat dll) yang menentukan saudara tidak bisa beribadah dan
melayani Tuhan melainkan kekudusan Rohanilah yang dituntut oleh Tuhan
ketika kita datang kepadanya. Kekudusan rohani misalnya: Sunat hati atau bersih
hati (Kol.2:11-13; Rm.2:29); hidup benar dan menjauhkan diri dari
kejahatan dll.
C. Kesi m p u
l a n
Memang benar bahawa Puasa bukan
suatu kewajiban dan penentu keselamatan seseorang. Namun puasa memiliki banyak
kegunaan rohani dan jasmani serta mengandung tujuan yang mulia yakni
dilakukan hanya untuk Tuhan. Manfaat puasa sangatlah baik untuk kehidupan
spiritual seseorang karena mengandung ajaran disiplin rohani yang memberi
pengaruh positif bagi kehidupan lahiriah. Karena itu, walaupun bukan suatu
kewajiban, namun disarankan umat Tuhan perlu untuk melakukannya.
Selamat Berpuasa!!