PENDAHULUAN
Pada zaman Perjanjian Lama emas
pilihan dan perak sudah dikenal sebagai suatu benda yang bernilai tinggi atau
mahal nilainya dan bahkan hingga saat ini. Pada masa raja Salomo dan
sesudahnya, terutama pada masa pembuangan di Babilonia emas pilihan yang
terbaik dan mahal harganya berasal dari Ofir yang terkenal sebagai tempat
penghasil emas murni, permata dan perak yang mahal harganya. Ofir terletak di
barat daya Arabia di pantai Afrika Timur laut. Emas Ofir juga sering disebut
dalam kitab ( 2 Taw. 8:18; Ayub 22:24; 28:16; Maz. 45:9 dan Yes.13:12; 1 Raj.
9:28Maz. 45:10, Ay.28:16. Emas itu diimpor ke Yehuda pada masa Salomo.
Namun penulis Amsal menyajikan
atau memperlihatkan suatu pernyataan yang sangat kontras atau berbeda seperti
yang dipahami oleh umat Israel. Ternyata ada yang lebih mahal
nilainya dari emas-emas pilihan atau emas murni dan perak, yaitu
hikmat yang tidak mereka kenal.
Bacaan kita dalam perikop ini
menjelaskan tentang hikmat sebagai sesuatu yang lebih mahal dari emas yang
berharga itu.
TELAAH PERIKOP
Kitab Amsal merupakan kitab yang
dapat memberikan pencerahan bagi orang percaya dalam memahami kehidupan yang
berhasil dari perspektif Allah, sehingga orang percaya dapat mengembangkan
dirinya sesuai natur yang telah Allah berikan. Karena itu, pembukaan kitab
Amsal memaparkan berbagai kegunaan kitab ini dalam kehidupan kita. Pelajari
kitab Amsal dan mulailah hidup takut akan Allah, sehingga intelektual kita akan
diisi dengan pengetahuan darinya; hati kita akan dituntun olehnya, dan kita
juga akan bertumbuh dalam spiritualitas yang benar di hadapan-Nya.
Pada perikop ini, penulis amsal
menyebut tentang Hikmat dan keungulannya dibanding emas dan permata. Ada
beberapa pokok penting untuk memahami ayat 10-13 bacaan kita ini:
1.
Apakah Hikmat Itu
Kata "hikmat' berasal dari
istilah Ibrani chokmah (baca= hokmah) yang secara umum
diterjemahkan sebagai "kepandaian, kecerdasan dan kebijaksaan." Pada
zaman sebelum pembuangan orang Israel menggunakan
istilah chokmah untuk menunjuk pada pengetahuan teknis dan praktis.
Sedangkan pasca pembuangan, kata ini menyangkut makna etis dan moral. Selain
itu pengertian chokmah menyangkut pula kemampuan seseorang yang
membedakan baik dan jahat (1 Raja 3: 9); alat ukur untuk membedakan tersebut
adalah undang-undang Tuhan (Ul. 4:5-6; 1 Taw. 22:1-2; Ayub 28:28).
Dengan pengertian ini, kita dapat
memahami bahwa kitab Amsal ditulis bukan hanya untuk mendidik orang agar
memperoleh kepandaian yang bersifat teknis dan praktis. Pendidikan ini pun
menyangkut pendidikan moral yang bersifat religius atau keagamaan bahkan
keimanan. Uraian dari pengertian ini dapat kita simpulkan bahwa hikmat tidak
sama dengan pengetahuan atau kepandaian. Hikmat justru adalah suatu pengetahuan
ilahi untuk memanfaatkan didikan, ilmu pengetahuan dan kecerdasan dengan baik
dan benar sesuai kehendak Allah (bd. Ay.12). Sebab hikmat bukan hanya berada di
wilayah nalar tapi juga dalam hubungannya dengan iman dan kerohaniaan
seseorang.
2.
Mengapa lebih berharga dari emas dan permata?
Penulis amsal tidak menyebutkan
alasan langsung mengapa hikmat begitu penting dan bersanding sejajar dengan
pengetahuan dan didikan. Namun jika kita memperhatikan ayat 19 kita menemukan
penekanan bahwa buah dari hikmat melebihi emas dan bahkan hasilnya melebihi
dari perak pilihan. Mengapa demikian?
Sebab hanya dengan memiliki hikmatlah
seseorang mampu memberikan nasehat dan pertimbangan (ay.14); dengan hikmat pula
orang akan mampu untuk membedakan antara jalan yang benar dan adil (ay.20)
dengan jalan menuju kehancuran. Bahkan hal yang menarik lagi adalah penulis
amsal menyebut bahwa dengan hikmat pula para raja bisa memerintah dan para
pembesar menetapkan keadilan (ay.15); dan bahkan dengan hikmat itu seseorang
dapat memperoleh kekayaan dan kehormatan bagi dirinya (ay.18).
Dengan demikian, maka sangat
jelaslah mengapa kemudian hikmat itu lebih berharga dari emas pilihan dan
permata termahal sekalipun.
3.
Bagaimana cara memperoleh hikmat
Untuk dapat memperoleh hikmat
maka seseorang harus bersedia dididik dan mau belajar tentang pengetahuan yang
diberikan kepadanya (ay.10). Jadi hikmat tidak jatuh dari langit, orang percaya
harus belajar dan mau dididik tentang pengetahuan tersebut. Ini adalah awal
penting untuk memperoleh hikmat.
Selanjutnya, kita menemukan dalam
ayat 13 penulis menyebut istilah takut akan Tuhan. Jika kita membandingkan
dengan pasal 9:10 kita menemukan bahwa ternyata permulaan hikmat itu dimulai
dari takut akan Tuhan. Bahkan juga untuk cerdas dan pandai serta memiliki
pengetahuan di mulai pulah dari Takut akan Tuhan (1:7). Beberapa ciri utama
dari takut akan Tuhan adalah membenci kejahatan dan kesombongan serta
keangkuhan (ay.13). Dengan kata, pribadi yang ingin beroleh hikmat harusnya
pribadi yang berkenan kepada Allah dan memiliki keinginan tunduk pada
kehendakNya.
RELEVANSI DAN APLIKASI
Ternyata memiliki hikmat lebih
berharga dari pada memiliki emas dan kekayaan. Orang percaya dianjurkan untuk
mengejar hikmat daripada mengejar kekayaan. Sebab jika memiliki hikmat maka
pribadi itu mampu memperoleh apapun termasuk kekayaan dan kekuasaan. Namun,
untuk memperoleh hikmat, kita harus menjadi pribadi yang takut akan Tuhan.
Hanya orang yang takut Tuhanlah
yang akan beroleh hikmat. Sejajar dengan itu bahwa orang berhikmat sudah pasti
adalah orang yang takut akan Tuhan. Inti ajaran amsal adalah hikmat. Tapi di
atas segalanya, amsal sesungguhnya mengajar tentang hidup takut akan Tuhan itu.
Sebab takut akan Tuhan itu akan menerima hikmat. Dan hikmat itu melebihan
kekayaan apapun.
Begitu banyak yang dijanjikan
Tuhan sebagai hasil memiliki hikmat karena sikap hidup yang takut akan Tuhan.
Takut akan Tuhan menunjukkan bahwa kita menanggapi perintahNya dengan
sungguh-sungguh, dan kita memiliki kerinduan penuh untuk menyenangkan Tuhan
dengan segala yang kita lakukan atau katakan, bahwa kita mendasarkan semuanya
kepada Tuhan, kapanpun, dimanapun, setiap saat, setiap waktu.
Dari uraian Firman Tuhan ini kita
menemukan korelasi atau hubungan antara Hikmat atau Pengetahuan dengan sikap
hidup yang takut akan Tuhan. Menurut Amsal sumber segala kepandaian, kebenaran
dan lain-lain itu ada pada adalah pengetahuan (1:1-6); dan permulaan
pengetahuan adalah takut akan Tuhan (1”7). Maka orang haruslah mengejar
pengetahuan setinggi dan sebanyak mungkin. Namun kitapula diajarkan bahwa
pengetahuan tidaklah akan diperoleh dan bermanfaat dengan baik jika kita tidak
Takut akan Tuhan. Ini adalah KUNCI utama dalam hidup. TAKUT TUHAN adalah cara
terbaik untuk menjalani hidup ini. Sebab hanya dengan takut Tuhan orang beroleh
hikmat. Dan hanya dengan hikmatlah orang akan menjalani hidup dengan baik.
Karena itu terapkanlah prinsip
hidup takut akan Tuhan mulai sekarang; ajarkanlah kepada seluruh anggota
keluarga kita tentang nilai luhur dari pengajaran amsal ini. Agar seluruh
anggota keluarga kita bahkan turun-temurun kita dari generasi ke generasi menjadi
pribadi yang takut akan Tuhan. Namun juga janganlah berhenti belajar dari tiap
didikan yang benar (ay.10-11). Sebab dengan tidak bosan belajar dan bersedia
dididik orang memperoleh kecerdasan dan memiliki pengetahun. Dengan hikmat
Tuhan (karena takut Tuhan) maka kecerdasan itu mendatangkan berkat dan dapat
dimanfaatkan dengan bijak.
Jika dunia ini hanya dipenuhi
oleh orang yang cerdas dan pandaI NAMUN TAK BERHIKMAT maka sudah pasti
celakalah seisi dunia ini. Sebab yang mengendalikan dan memanfaatkan
pengetahuan itu adalah kejahatan dan kefasikan. Tapi jika pribadi cerdas itu
takut Tuhan, maka akan bijaklah ia memanfaatkan pengetahuan untuk hadirkan
berkat dalam dirinya maupun dunia sehingga menjadi kemuliaan Allah. "Akhir
kata dari segala yang didengar ialah: takutlah akan Allah dan berpeganglah pada
perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap
orang." (Pengkotbah 12:13). Selamat menjadi Pribadi yang takut Tuhan.
Amin.
Posted by Pdt. I Nyoman Djepun,
S.Th