Cerita ini pernah di ceritakan guru saya waktu di SD, sangat menginspirasi dan membekas pada saya. Cerita ini adalah Fiksi, Cerita ini ingin saya sampaikan kembali tanpa harus mengurangi makna yang terkandung di dalam nya.
Pagi-pagi sekali sang mahapatih dipanggil baginda raja. Kata sang raja “Hai mahapatih terbaikku, hari ini engkau aku utus untuk pergi ke penjara kerajaan. Jika engkau sudah sampai di sana bukalah gulungan lontar ini”. Sambil menyerahkan segulungan daun lontar ke mahapatih, sang raja menambahkan, “Dalam gulungan lontar ini, ada lukisan tahanan yang aku maksud dan di bawah lukisan tersebut ada perintahku yang harus engkau laksanakan. Baca dengan seksama, dan langsung laksanakan begitu engkau bertemu tahanan tersebut”. “Sendiko dhawuh gusti prabu”, ucap sang mahapatih tanpa bertanya panjang lebar kepada sang raja. Sesaat setelah mendapat misi khusus dari sang raja, mahapatih langsung memacu kudanya untuk segera melaksanakan titah raja menuju ke penjara kerajaan di seberang kota.
Saat petang, sampailah sang mahapatih di penjara kerajaan. Setelah meminta ijin kepada kepala penjara, ia segera mencari tahanan yang dimaksud dalam gulungan lontar pemberian raja. Begitu menemukan tahanan tersebut, sang mahapatih segera melaksanakan titah raja yang tertulis di bawah lukisan tahanan. Selesai mengeksekusi perintah raja, sang mahapatih segera bergegas untuk pulang ke kerajaan agar esok hari sudah sampai ke istana dan melaporkan misi khusus yang diembannya.
Singkat cerita, sesampainya di istana, sang mahapatih dengan bangga menceritakan bahwa ia telah berhasil menunaikan perintah raja. Sambil tersenyum, sang raja bertanya kepada mahapatih, “Di mana engkau buang mayat musuh kerajaan itu?”. Setengah terperanjat, wajah mahapatih tampak pucat pasi, bingung menjawab pertanyaan sang raja. “Tidak sang raja, hamba tidak membunuhnya. Hamba melepaskannya sesuai titah raja” kata mahapatih menjawab sang raja. “Apa?!?, Apa engkau tidak membaca perintahku di daun lontar itu?”, kata sang raja yang wajahnya tampak memerah menahan marah. Sang mahapatih tampak gugup, dengan tangan gemetar, pelan-pelan membuka gulungan lontar yang berisi perintah raja. Ia ingin memastikan bahwa ia tidak salah melaksanakan titah raja. Setelah selesai membuka gulungan lontar dan membaca kembali perintah raja, sang mahapatih tersenyum lega. Dengan wajah bersinar, ia menyerahkan kembali gulungan lontar itu kepada raja. Masih sambil menahan marah, sang raja segera mengambil gulungan lontar tersebut. Perlahan namun pasti gulungan lontar tersebut dibuka dan dibaca sang raja. Seketika raut muka sang raja berubah, dari merah berangsur normal kembali. Kali ini sang raja malah tersenyum dan menepuk-nepuk pundak sang mahapatih. “Memang tak salah aku memilih engkau mengemban misi ini”. Sang mahapatih pun lega dan segera memohon pamit untuk beristirahat.
Mau tahu kenapa sang raja tidak jadi marah?. Tak lain tak bukan karena isi gulungan lontar tersebut adalah sebagai berikut :
Bunuh jangan, lepaskan !
Coba pembaca pindahkan tanda koma pada frase di atas menjadi :
Bunuh, jangan lepaskan !
Tentu maknanya akan sangat bertolak belakang pada frase yang pertama, bukan?
Demikianlah, berkat kecerdasan sang mahapatih, tidak hanya dirinya yang selamat, namun juga sang tawanan. Moral yang dapat dipetik dari cerita pendek di atas adalah PERHATIKANLAH TANDA BACA, KARENA BISA JADI AKAN MENYELAMATKAN NYAWA