Mukzizat Gunung Mokattam di Mesir
Sama'an el-Dabbagh adalah seorang (Kristen) Koptik di Mesir yang hidup pada abad ke-10 Masehi. Di masa itu kaum Koptik yang notabene bangsa asli Mesir dibawah penguasaan kaum Arab-Muslim pada pemerintahan Kekhalifahan Al-Muizz yang berkuasa pada tahun 972 – 975 Masehi. Beliau adalah seorang tukang sepatu sederhana di Kairo pada saat itu, dimana beliau pernah menusukkan matanya saat tak sengaja melihat keindahan kaki seorang wanita yang ingin kakinya diukur untuk pembuatan sepatu. Meski setelah itu sahabatnya mempertanyakan keputusannya tersebut, beliau bersikukuh bahwa dirinya melakukan hal itu bukan untuk menolak keindahan yang diberikan Tuhan Allah, namun semata-mata beliau tak menginginkan dirinya yang lemah itu terjatuh dalam kenikmatan kegelapan.
Suatu hari sang Raja Arab penguasa Mesir Al-Muizz Li-Deenillah memerintahkan sebuah perdebatan antara kaum Yahudi yang diwakili oleh Yaacov ben Joseph ben Kyllis dan kaum Kristen Alexandria yang diwakili oleh Patriarch Abraham. Sang Raja tersebut dikenal dan terkenal sebagai seorang yang sangat rasionalis & oleh karenannya meminta keduanya membuktikan kebenaran keyakinan mereka.
Pihak Yahudi mengeluarkan kata-kata pamungkas kepada Sang Patriarch, katanya : “Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini pindah maka gunung ini akan pindah dan takkan ada yang mustahil bagimu”. “Dan hal ini tertulis dalam Kitab Sucimu ?” tanya Sang Raja dengan berdiri tiba-tiba dari kursinya. “Iya” jawab Sang Patriarch Alexandria itu yang notabene adalah orang Koptik. “Bukan memindahkan kursi atau meja atau rumah sekalipun, namun gunung ? Benarkah demikian ?” tanya Sang Raja. “Iya, Benar” kembali jawab Sang Patriarch. Baiklah bila demikian, tunjukkan padaku bila hal ini benar. Karena bila tidak maka keyakinanmu adalah palsu & oleh karenannya harus dimusnahkan.
Maka kemudian Patriarch Alexandria memerintahkan seluruh bangsa Koptik melakukan puasa selama 3 hari ( bangsa Koptik pada masa itu hingga kini keseluruhannya adalah Kristen Orthodox untuk membedakan kaum agama pendatang yang menjajahnya ). Sementara itu pada hari ketiga Sang Theotokos datang menghampiri Patriarch Abraham dan berkata : “Pergilah engkau untuk menemukan seorang bermata satu yang memiliki kebiasaan membawa minuman untuk dibagikan kepada sesama manusia. Dialah yang akan menunjukan kebesaran-Nya !”. Pergilah dengan sesegera Sang Patriach mencarinya ke tengah kota & akhirnya menemukan yang dimaksud oleh Theotokos yaitu Sama'an el-Dabbagh . Saat dijelaskan dengan seksama, beliau langsung pergi menuju ke batas kota Kairo dimana banyak orang mengikutinya.
Setibanya di batas kota Kairo, beliau menunjuk gunung yang dimaksud di hadapan Sang Raja & para pejabat istana. Gunung itu saat ini dikenal dengan nama Mokattam ( Muqattam yang dalam bahasa Arab artinya “Memotong” ) & memiliki ketinggian 500 kaki. Sama’an lalu meminta agar Sang Patriach meneriakkan doa : “Tuhan kasihanilah kami” sebanyak 3 kali & tiap kali setelahnya memberi tanda salib dihadapan gunung tersebut. Kemudian para jemaat Koptik mengikuti doa tersebut. Mereka melakukan doa “Tuhan kasihanilah kami” secara bersama-sama dengan Patriarch memberi tanda salib. Lalu di hadapan segenap massa Kairo yang menyaksikan, tiba-tiba gunung tersebut terangkat bagai kaki yang sedang melangkah, kemudian kembali kali kedua terangkat melangkah ... Saat itu Patriach mencari Sama’an dan hilanglah beliau. Namun pada angkatan kali ketiga, semua orang berteriak keras karena melihat Sama’an berlari masuk ke bawah gunung yang akan turun membumi tersebut.
Patriach Abraham tak bisa melakukan apa-apa selain memberi tanda salib dan berkata : Di dalam Nama Bapa, Putera & Roh Kudus, Tuhan kasihanilah kami. Amin ... lalu gunung tersebut turun kembali menyatu dengan bumi.
Al-Muizz Sang Raja tak mampu berkata-kata, ia bahkan tak mampu berbuat apapun selain jatuh berlutut dan berkata : “Tuhan kasihanilah aku, Tuhan kasihanilah aku, Tuhan kasihanilah aku. Ini diluar segala pikiranku”. Setelahnya ia datang sendiri menghadap Patriach Alexandria tanpa kawalan dan tanpa pejabat, meminta agar dirinya dibaptis. Kemudian ia dibaptis dalam nama Bapa, Putera & Roh Kudus di Gereja St. Merkurius. Lalu ia pergi meninggalkan segala jabatan kekuasaannya & segala harta bendanya. Hingga kini tempat baptisannya masih dikenal dengan sebutan ‘Maamoudiat Al-Sultan’ yang artinya ‘Pembaptisan Sultan’.
Sementara pada tanggal 4 Agustus 1991, penggalian Arkeologi menemukan kerangka St. Sama’an dibawah gunung Mokattam.
*Bismil Abi wal Ibni wa Ruhil Quddus al-Ilahu Wahid, Amin (Dengan Nama Bapa, Putra dan Roh Kudus. Allah Yang Maha Esa, Amin).
Sumber :
http://en.wikipedia.org/wiki/Simon_the_Tanner
http://en.wikipedia.org/wiki/Pope_Abraham_of_Alexandria
Sama'an el-Dabbagh adalah seorang (Kristen) Koptik di Mesir yang hidup pada abad ke-10 Masehi. Di masa itu kaum Koptik yang notabene bangsa asli Mesir dibawah penguasaan kaum Arab-Muslim pada pemerintahan Kekhalifahan Al-Muizz yang berkuasa pada tahun 972 – 975 Masehi. Beliau adalah seorang tukang sepatu sederhana di Kairo pada saat itu, dimana beliau pernah menusukkan matanya saat tak sengaja melihat keindahan kaki seorang wanita yang ingin kakinya diukur untuk pembuatan sepatu. Meski setelah itu sahabatnya mempertanyakan keputusannya tersebut, beliau bersikukuh bahwa dirinya melakukan hal itu bukan untuk menolak keindahan yang diberikan Tuhan Allah, namun semata-mata beliau tak menginginkan dirinya yang lemah itu terjatuh dalam kenikmatan kegelapan.
Suatu hari sang Raja Arab penguasa Mesir Al-Muizz Li-Deenillah memerintahkan sebuah perdebatan antara kaum Yahudi yang diwakili oleh Yaacov ben Joseph ben Kyllis dan kaum Kristen Alexandria yang diwakili oleh Patriarch Abraham. Sang Raja tersebut dikenal dan terkenal sebagai seorang yang sangat rasionalis & oleh karenannya meminta keduanya membuktikan kebenaran keyakinan mereka.
Pihak Yahudi mengeluarkan kata-kata pamungkas kepada Sang Patriarch, katanya : “Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini pindah maka gunung ini akan pindah dan takkan ada yang mustahil bagimu”. “Dan hal ini tertulis dalam Kitab Sucimu ?” tanya Sang Raja dengan berdiri tiba-tiba dari kursinya. “Iya” jawab Sang Patriarch Alexandria itu yang notabene adalah orang Koptik. “Bukan memindahkan kursi atau meja atau rumah sekalipun, namun gunung ? Benarkah demikian ?” tanya Sang Raja. “Iya, Benar” kembali jawab Sang Patriarch. Baiklah bila demikian, tunjukkan padaku bila hal ini benar. Karena bila tidak maka keyakinanmu adalah palsu & oleh karenannya harus dimusnahkan.
Maka kemudian Patriarch Alexandria memerintahkan seluruh bangsa Koptik melakukan puasa selama 3 hari ( bangsa Koptik pada masa itu hingga kini keseluruhannya adalah Kristen Orthodox untuk membedakan kaum agama pendatang yang menjajahnya ). Sementara itu pada hari ketiga Sang Theotokos datang menghampiri Patriarch Abraham dan berkata : “Pergilah engkau untuk menemukan seorang bermata satu yang memiliki kebiasaan membawa minuman untuk dibagikan kepada sesama manusia. Dialah yang akan menunjukan kebesaran-Nya !”. Pergilah dengan sesegera Sang Patriach mencarinya ke tengah kota & akhirnya menemukan yang dimaksud oleh Theotokos yaitu Sama'an el-Dabbagh . Saat dijelaskan dengan seksama, beliau langsung pergi menuju ke batas kota Kairo dimana banyak orang mengikutinya.
Setibanya di batas kota Kairo, beliau menunjuk gunung yang dimaksud di hadapan Sang Raja & para pejabat istana. Gunung itu saat ini dikenal dengan nama Mokattam ( Muqattam yang dalam bahasa Arab artinya “Memotong” ) & memiliki ketinggian 500 kaki. Sama’an lalu meminta agar Sang Patriach meneriakkan doa : “Tuhan kasihanilah kami” sebanyak 3 kali & tiap kali setelahnya memberi tanda salib dihadapan gunung tersebut. Kemudian para jemaat Koptik mengikuti doa tersebut. Mereka melakukan doa “Tuhan kasihanilah kami” secara bersama-sama dengan Patriarch memberi tanda salib. Lalu di hadapan segenap massa Kairo yang menyaksikan, tiba-tiba gunung tersebut terangkat bagai kaki yang sedang melangkah, kemudian kembali kali kedua terangkat melangkah ... Saat itu Patriach mencari Sama’an dan hilanglah beliau. Namun pada angkatan kali ketiga, semua orang berteriak keras karena melihat Sama’an berlari masuk ke bawah gunung yang akan turun membumi tersebut.
Patriach Abraham tak bisa melakukan apa-apa selain memberi tanda salib dan berkata : Di dalam Nama Bapa, Putera & Roh Kudus, Tuhan kasihanilah kami. Amin ... lalu gunung tersebut turun kembali menyatu dengan bumi.
Al-Muizz Sang Raja tak mampu berkata-kata, ia bahkan tak mampu berbuat apapun selain jatuh berlutut dan berkata : “Tuhan kasihanilah aku, Tuhan kasihanilah aku, Tuhan kasihanilah aku. Ini diluar segala pikiranku”. Setelahnya ia datang sendiri menghadap Patriach Alexandria tanpa kawalan dan tanpa pejabat, meminta agar dirinya dibaptis. Kemudian ia dibaptis dalam nama Bapa, Putera & Roh Kudus di Gereja St. Merkurius. Lalu ia pergi meninggalkan segala jabatan kekuasaannya & segala harta bendanya. Hingga kini tempat baptisannya masih dikenal dengan sebutan ‘Maamoudiat Al-Sultan’ yang artinya ‘Pembaptisan Sultan’.
Sementara pada tanggal 4 Agustus 1991, penggalian Arkeologi menemukan kerangka St. Sama’an dibawah gunung Mokattam.
*Bismil Abi wal Ibni wa Ruhil Quddus al-Ilahu Wahid, Amin (Dengan Nama Bapa, Putra dan Roh Kudus. Allah Yang Maha Esa, Amin).
Sumber :
http://en.wikipedia.org/wiki/Simon_the_Tanner
http://en.wikipedia.org/wiki/Pope_Abraham_of_Alexandria
Mokattam Mountain
Gereja St Markus di Mukattam tenggara Kairo