GPIB GETSEMANI BALIKPAPAN
Dilembagakan 28 Januari 2007, oleh Pdt. J.D. SIHITE, MA (Ketua 1 Majelis Sinode)

Menjadi Jemaat yang ke 275. Sesuai SK. MS. 0801/I-07/MS.XVIII/Kpts.
Alamat : Jl. Soekarno – Hatta, Balikpapan. Tlp. 082154143101. Norek. BNI Taplus. 0196346488 / Norek. Panitia, Mandiri. 1490007212154. Email : gpibgetsemanibpn@yahoo.co.id
IBADAH MINGGU : PAGI. Pkl.09.00 - SELESAI

BUKAN ORANG YANG MENDENGAR FIRMAN ALLAH YANG BENAR DIHADAPAN-NYA, TETAPI ORANG YANG MELAKUKAN FIRMAN ALLAH YANG DIBENARKAN.

20 Agustus 2014

Menjadi Suami Yang Baik Di Dalam Kristus

“Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya.” Efesus 5:25

Menjadi seorang suami yang baik di dalam Kristus merupakan suatu keharusan bagi setiap laki-laki yang telah menikah. Karena suami adalah kepala dari isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat (Efesus 5:23).

Jadi kalau Firman Tuhan menyamakan suami seperti Kristus yang adalah kepala jemaat, maka tentunya seorang suami harus bersikap sama seperti Kristus kepada jemaatNya.

Jika hal ini tidak dipenuhi, maka sudah dapat dipastikan hubungan antara suami dan isteri akan ada kerenggangan bahkan keributan.
Hanya Kristus yang dapat menjadi penyelamat hubungan antara suami dan isteri. Dan hanya Kristus yang dapat memberi keharmonisan bagi hubungan suami dan isteri.

Kali ini kita akan melihat beberapa tanggung jawab yang harus dijalankan oleh seorang suami menurut Firman Tuhan:

1. Mengasihi Isteri Seperti Mengasihi Diri Sendiri

“Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri.” Efesus 5:28

Sebagian besar kaum laki-laki memiliki ego yang cukup tinggi atau bahkan sangat tinggi. Mereka cenderung untuk lebih mengutamakan dirinya sendiri dalam segala hal, bahkan juga di dalam keluarganya.
Firman Tuhan mengajarkan agar seorang suami dapat mengasihi isterinya sama seperti mengasihi dirinya sendiri. Apa yang diinginkan seorang suami bagi dirinya juga harus dia berikan seimbang kepada isterinya.

Tentunya hal ini bukan suatu hal yang mudah. Tetapi dengan meminta kasih Kristus, maka hal ini akan dapat dilakukan oleh seorang suami.

2. Jangan Berlaku Kasar

“Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.” Kolose 3:19
Ketika masih berpacaran, tentunya akan sangat mudah untuk bersikap sopan dan lembut kepada pasangan. Hal ini disebabkan kita mau memberikan yang terbaik bagi pacar dan tidak mau terlihat buruk/negatif di hadapannya.

Tetapi ketika masuk ke dalam pernikahan, biasanya semua sikap aslinya akan keluar. Banyak pasangan suami-isteri yang kaget melihat pasangannya, yang sebelumnya merupakan orang yang paling lembut sedunia, ternyata merupakan orang yang paling kasar sedunia. Tentunya hal ini bertentangan dengan Firman Tuhan.

Seorang suami harus belajar menghargai isterinya. Tidak hanya pada awal pernikahan saja, tetapi seiring dengan berjalannya waktu, seorang suami harus semakin lembut terhadap isterinya. Dia harus belajar mengerti perasaan isterinya. Dia harus belajar untuk bersikap lebih sabar terhadap isterinya. Dia harus belajar untuk mendengar suara isterinya.

Suami harus menghargai perkataan dari isterinya. Suami juga harus sabar jika isterinya melakukan kesalahan. Bersikap lembutlah terhadap isteri.

3. Hidup Bijaksana Dengan Isteri

“Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang.” 1Petrus 3:7

Seorang suami dengan posisi, kedudukan, status, pengetahuan dan jabatan yang lebih tinggi tidak boleh meremehkan isterinya. Bagaimanapun keadaan isteri, tetap harus dihargai karena isteri merupakan pasangan yang telah Tuhan tetapkan. Jangan menganggap remeh isteri, jangan mengabaikan isteri dan jangan mencemooh isteri, agar doa seorang suami tidak terhalang.

Tuhan menginginkan kesatuan di dalam rumah tangga. Suami harus berperan aktif agar kesatuan itu dapat terjalin di dalam rumah tangganya. Dengan begitu berkat dari Tuhan akan mengalir seperti sungai yang tidak pernah kering.

Hiduplah bergandengan tangan dengan isteri, maka Tuhan akan mendengar doa sang suami.

Dan bagi isteri yang suaminya belum dapat bersikap sesuai dengan Firman Tuhan, tetaplah berdoa dan tetaplah kasihilah suamimu. Maka Tuhan akan mendengar dan melihat tindakanmu, sehingga Dia akan menjamah dan mengubahkan hati suamimu. Haleluya!

“…Berbahagialah setiap orang yang takut akan TUHAN, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya!

Apabila engkau memakan hasil jerih payah tanganmu, berbahagialah engkau dan baiklah keadaanmu!

Isterimu akan menjadi seperti pohon anggur yang subur di dalam rumahmu; anak-anakmu seperti tunas pohon zaitun sekeliling mejamu!

Sesungguhnya demikianlah akan diberkati orang laki-laki yang takut akan TUHAN.

Kiranya TUHAN memberkati engkau dari Sion, supaya engkau melihat kebahagiaan Yerusalem seumur hidupmu,

By. Riva Sinjal “Pelita Hidup” 

Menjadi Isteri Yang Baik Di Dalam Kristus

"Isteri yang cakap siapakah akan mendapatkannya? Ia lebih berharga dari pada permata.” Amsal 31:10

Tidak hanya suami yang harus bersikap baik di dalam Kristus, tetapi isteri juga memegang peranan penting dalam keharmonisan rumah tangga.

Firman Tuhan mengatakan bahwa isteri yang cakap lebih berharga dibandingkan dengan permata. Permata merupakan logam yang sangat berharga, jauh lebih berharga dibandingkan dengan emas. Banyak sekali orang di dunia ini yang bangga jika mengenakan permata sebagai perhiasannya. Seorang isteri yang cakap di dalam Tuhan jauh melebihi permata yang ada di dunia ini.

Tentunya semua isteri ingin menjadi isteri yang seperti itu. Mari kita lihat beberapa hal di dalam Firman Tuhan yang dapat membantu kita sebagai isteri untuk dapat menjadi lebih baik lagi di hadapan Tuhan:

1. Tunduk Kepada Suami

“Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan,
Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu.” Efesus 5:22,24

Alkitab tidak mengatakan: hai suami tunduklah kepada isterimu, tetapi justru sebaliknya. Merupakan suatu kewajiban bahwa isteri harus tunduk kepada suami.
“Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan.” Kolose 3:18

Jaman boleh berubah dengan meningkatnya status wanita menjadi setara dengan laki-laki di manapun dia berada. Sehingga wanita boleh menduduki posisi-posisi strategis baik di bidang bisnis, pekerjaan, pemerintahan dan lainnya.
*courtesy of PelitaHidup.com
Tetapi dalam posisinya di rumah tangga, harus tetap disadari bahwa suami memegang otoritas pemimpin dan kepala keluarga. Bagaimanapun posisi, status dan keadaan suami, isteri harus belajar tunduk kepada suaminya.

2. Hidup Murni Di Hadapan Tuhan

“Demikian juga kamu, hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan isterinya, jika mereka melihat, bagaimana murni dan salehnya hidup isteri mereka itu.” 1 Petrus 3:1-2

Seorang isteri harus belajar untuk menjaga sikap dan tindakan mereka kepada suaminya. Ada sebagian suami yang memang belum dimenangkan di dalam Kristus. Bahkan mereka melakukan berbagai kejahatan di mata Tuhan.

Seorang isteri harus belajar bersabar dalam menghadapi hal ini. Dia harus tetap melakukan apa yang berkenan di hadapan Tuhan dan tetap mengasihi suaminya.

Sebagian besar suami yang bersikap tidak baik seperti ini tidak dapat diubahkan hanya dengan perkataan saja. Tetapi ketika suami melihat isterinya yang selalu bersikap sabar dan penuh kelembutan dalam menghadapi mereka, suatu saat sang suami akan luluh hatinya. Suami dapat dimenangkan hatinya melalui sikap dan tindakan isteri yang sabar dan taat kepada Tuhan.

3. Menjadi Penolong

“TUHAN Allah berfirman: “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.” Kejadian 2:18

Tuhan menempatkan wanita untuk menjadi penolong bagi laki-laki, bukan sebaliknya. Adalah suatu kebahagiaan bersama bagi suami dan isteri, jika suami mendapatkan kesuksesan dan ketenaran dalam pekerjaannya. Isteri sangat memegang peranan penting dalam perjalanan menuju kesuksesan tersebut.

Setiap doa, dorongan, penyertaan, kesetiaan dan kesabaran yang senantiasa diberikan kepada suaminya akan menjadi suatu pondasi yang kuat bagi suami untuk dapat meraih kesuksesan.

“…dan isteri hendaklah menghormati suaminya.” Efesus 5:33b

Untuk itu apapun kondisi suami saat ini, entah sedang dalam keterpurukan ataupun dalam kejatuhan, biarlah isteri tetap dapat setia untuk mendampingi suaminya. Isteri tidak boleh mencemooh, menjelekkan atau bahkan meninggalkan suami, jika sedang dalam keadaan yang buruk.

Isteri harus ingat bahwa dalam keadaan susah maupun senang, dia harus senantiasa menjadi pendamping dan penolong bagi suaminya.
Biarlah isteri tetap dapat men-support suaminya jika sedang menjalani masalah dan keadaan yang tidak menyenangkan.

Dengan tetap bergandengan tangan, maka ada kekuatan yang akan menyertai rumah tangga kita untuk dapat menghadapi masalah yang ada. Sehingga pada akhirnya nanti suami dan isteri dapat meraih kemenangan secara bersama-sama di hadapan Tuhan. Haleluya!

“Isteri yang cakap adalah mahkota suaminya, tetapi yang membuat malu adalah seperti penyakit yang membusukkan tulang suaminya.” Amsal 12:4

“Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia, tetapi isteri yang takut akan TUHAN dipuji-puji.” Amsal 31:30

17 Agustus 2014

GPIB Getsemani, HUT RI ke 69.

Kegiatan Ibadah dirangkaikan dengan HUT RI dan Kegiata Pertandingan Volly Mupel Kaltim I.


Fungsionaris BP Mupel Kaltim I (Ketua, K2, K5, Sek and Sek 1) dlm Pembukaan Pertandingan bola voli












Tim voli putri Getsemani dgn KMJ selaku Manajer tim


15 Agustus 2014

PERSEMBAHAN PERSEPULUHAN

Kawan-kawan Presbiter dan seluruh Warga GPIB yang saya hormati !

Hari Rabu, 30 Juli 2014 kemaren, saya diminta menjelaskan MAKNA PERSEPULUHAN dalam Ibadah Keluarga Gabungan dari GPIB Jemaat BAHTERA IMAN di Banten. Pada kesempatan itu saya menguraikan pendapat pribadi terhadap beberapa informasi yang diperoleh Warga dan Majelis Jemaat, seakan-akan dalam PERJANJIAN BARU, Tuhan Yesus tidak menganjurkan Orang Israel membayar PERSEPULUHAN ke Baith Allah. Untuk membenarkan keterangan itu, beberapa orang teolog (entah akademisi maupun praktisi) dalam Jemaat maupun sekolah tinggi teologi mengemukakan beberapa ayat-ayat (saya akan menjelaskannya secara beruntun)... salah satunya di bawah ini.

"Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Parisi, hai orang-orang munafik, sebab PERSEPULUHAN dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi YANG TERPENTING DALAM HUKUM TAURAT, yaitu : KEADILAN dan BELAS KASIHAN dan KESETIAAN. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan" (MATIUS 23 : 23)....

Penjelasan saya :
Terhadap tanggapan akademisi dan praktisi teologi GPIB yang menggunakan MATIUS 23 : 23 sebagai landasan bagi penjelasannya, saya mengajukan keberatan, sebab DI DALAM AYAT TERSEBUT TIDAK TERDAPAT SEPATAH KATAPUN YANG DIUCAPKAN YESUS KRISTUS, BAHWA IA TIDAK MENNDUKUNG PELAKSANAAN PERSEPULUHAN DALAM BAIT ALLAH.

Menurut saya, Yesus tidak melarang siapapun untuk tidak membayar persepuluhan; akan tetapi YESUS MEMPROTES CARA DAN MOTIVASI ORANG PARISI MEMPERSEMBAHKAN PERSEPULUHAN.

Persepuluhan ada dalam Hukum Taurat, sama halnya KEADILAN, BELAS KASIHAN dan KESETIAAN (lebih menunjuk pada sikap kesetiakawanan sosial). Motivasi yang ada dalam bathin orang Parisi adalah MEMENUHI TUNTUTAN HUKUM TAURAT. Menurut mereka, hal itu jauh lebih penting dari pada keadilan, belas kasihan dan kesetiakawanan. Mereka lebih mengutamakan CARA MEMBERI PERSEMBAHAN SESUAI TUNTUTAN HUKUM. Dengan kata lain, mereka lebih menekankan legalitas sebuah perbuatan sosial, ketimbang NILAI (keadilan, belas kasihan dan kesetiakawanan sosial).

Sebaliknya, Tuhan Yesus lebih mengutamakan NILAI-NILAI yang terkandung dalam Hukum Taurat, sebab hal itulah yang dikehendaki Allah. Dengan kata lain, berapapun besar jumlahnya PERSEMBAHAN PERSEPULUHAN yang diberikan orang Parisi ke Bait Allah, tidaklah bermakna, jikalau tidak bertolak dari SIKAP HATI (MOTIVASI) YANG ADIL, PENUH BELAS KASIH dan MEMPERLIHATKAN KESETIAKAWANAN SOSIAL terhada orang menderita. Persepuluhan yang diberikan dengan cara demikian tidak dikehendaki Allah (bd. Amos 5 : 21 - 27... bandingkan ucapan Yesus : "Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa." Mat. 9:13). APAKAH ARTINYA BERJUTA JUTA PERSEPULUHAN YANG DIPERSEMBAHKAN TANPA BELAS KASIHAN, KEADILAN DAN KESETIAKAWANAN SOSIAL ? Semua persembahan persepuluhan seperti itu TIDAK BERKENAN KEPADA ALLAH.

SIKAP YESUS TERHADAP PERSEPULUHAN
Jadi bagaimanakah sikap Yesus terhadap persepuluhan? Yesus TIDAK MELARANG pemberian persepuluah kepada baith Allah. Yang tidak disukaiNya hanyalah CARA MEMBERI. Jika pemberian itu hanya untuk memenuhi azas legalitas dan legitimasi orang banyak, maka PERSEPULUHAN itu tidak benar. Adalah lebih baik tidak memberi, ketimbang pemberian yang bertolak dari HATI SOMBONG DAN ANGKUH, supaya dipuji-puji orang.

Oleh karena itu, saya menganjurkan semua Warga dan Majelis Jemaat menjalankan PERSEMBAHAN PERSEPULUHAN sebagai UNGKAPAN SYUKUR kepada Allah, bertolak dari pemahaman yang benar tentang KEADILAN SOSIAL menurut ajaran Kristus, BELAS KASIHAN dan KESETIAKAWANAN SOSIAL terhadap orang yang menderita. demikianlah nasihat Paulus
2Kor.8:12 Sebab jika kamu rela untuk memberi, maka pemberianmu akan diterima, kalau pemberianmu itu berdasarkan apa yang ada padamu, bukan berdasarkan apa yang tidak ada padamu.

2Kor.8:13 Sebab kamu dibebani bukanlah supaya orang-orang lain mendapat keringanan, tetapi supaya ada keseimbangan.

2. LUKAS 18 : 11 – 12
Orang Parisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini : “Ya Allah, aku mengucap syukur kepadaMu, karena AKU TIDAK SAMA SEPERTI ORANG LAIN, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah, dan bukan juga seperti PEMUNGUT CUKAI ini; aku berpuasa dua kali seminggu, AKU MEMBERIKAN SEPERSEPULUH  persepuluhan ?) DARI SEGALA PENGHASILANKU.

1. Apakah para presbiter (Pendeta – Penatua – Diaken) wajib memberi SEPERSEPULUH ( PERSEPULUHAN ) dari PENGHASILAN mereka ?

2. Bagaimanakah sikap iman dari seseorang yang memberi PERSEPULUHAN kepada Allah ?

Bogor - 05-06 Agustus 20014
SALAM & DOAKU

PDT. ARIE A. R. IHALAUW

#Tuturan Sang Bhagawan

13 Agustus 2014

HAL BERPUASA

By Nyoman Djepun on Wednesday, October 19, 2011 at 7:48pm

A.     Pengertian dan Tujuan Puasa atau Doa-Puasa
Dalam Alkitab berpuasa menunjukkan disiplin berpantangan makanan dengan maksud rohani. Sekalipun berpuasa sering dikaitkan dengan doa, namun puasa harus dipandang sebagai suatu tindakan rohani tersendiri. Sebenarnya puasa dapat disebut “berdoa tanpa mengucapkan kata-kata”. Ada tiga bentuk puasa yang utama yang dikemukakan dalam Alkitab, yakni:
1.      Puasa yang biasa: berpantang semua makanan, baik yang keras maupun yang lembut, tetapi
         tidak berpantang air. Contohnya: puasa yang dilakukan Yesus selama 40 hari (luk.4:2) dan
         kemudian Ia merasa lapar (tidak disebut dan merasa haus).
2.      Puasa sepenuhnya: tidak makan dan minum (Est.4:16; Kis.9:9). Pada umumnya puasa ini
         dilaksanakan tidak lebih dari tiga hari. Tubuh seseorang mulai menjadi kering apabila tidak
         mendapat air selama lebih dari dua hari. Memang Musa dan Elia melakukan puasa sepenuhnya
         selama 40 hari, tetapi saat itu mereka berpuasa dengan keadaan adikodrati (Kel.34:28; Ul.9:9,18; 1Raj.19:8).
3.      Puasa sebagian: pembatasan makanan dan bukan tidak makan sama sekali (Dan.10:3).
Dalam Perjanjian Lama umat Allah melakukan puasa untuk menunjukkan kerendahan hati, penyangkalan diri, dan kapatuhan kepada Allah serta mencari kasih karunia, pertolongan, perkenanan dari-Nya (Ezr.8:21,31). Kapankah dan dalam kondisi apa umat Allah tersebut melakukan puasa? Hal ini kurang dijelaskan secara terperinci dalam Alkitab, namun ada beberapa hal yang menjelaskan di saat mana mereka melakukan puasa, yakni:
1.      Ketika tertekan oleh kesusahan yang berat (2Sam.12:16-23; 1Raj.21:20-27; Mzm.35:13; 69:11).
2.      Sedang menyembah Allah pada Hari Pendamaian (bd. Im.16:29-31; 23:26-32).
3.      Ingin menunjukkan pertobatan dan penyesalan (1Raj.21:27-29; Yun.3:4-10)
4.      Sedang berhadapan dengan bahaya (2Taw.20:3; Ezr.8:21-23), penyakit (2Sam.12:15-16), dan kematian
         (1Sam.31:13).
5.      Sedang mempersiapkan diri untuk pelayanan (Kel.34:28; Ul.9:9-18).
6.      Mencari Allah untuk peembaharuan dan pemulihan (Dan.9:3-19).

Di atas telah disebutkan bahwa puasa sering dihubungkan dengan doa, yang biasa disebut dengan doa-puasa. Dalam Alkitab, doa puasa-pun sering dilakukan dengan tujuan untuk:
1.      Menghormati Allah (Mat.6:16-18; Za.7:5; Luk.2:37)
2.      Merendahkan diri di hadapan Allah (Ezr.8:21; Mazm.69:11; Yes.58:3) agar lebih banyak
         mengalami kasih karunia (1Ptr.5:5) dan mengalami kehadiran Allah yang khusus (Yes.57:15;
         58:6-9).
3.      Meratapi dosa dan  kegagalan pribadi (1Sam.7:6; Neh.9:12).
4.      Meratapi dosa-dosa gereja, bangsa dan dunia (1Sam.7:6; Neh.9:12).
5.      Mencari kasih  karunia untuk tugas yang baru dan menetapkan kembali penyerahan diri kita
         kepada Allag (Mat.4:2).
6.      Mendekatkan diri  kepada Allah lewat  bertekun  di  dalam  doa untuk  melawan  kuasa-kuasa 
         rohani yang menentang (Hak.20:26; Ezr.8:21; Yl.2:12; Luk.18:3; Kis.9:8-19).
7.      Menunjukkan pertobatan dan dengan demikian memberikan kesempatan kepada Allah untuk
         mengubah maksudNya menghukum kita (2Sam.12:16; Yun.3:5,10).
8.      Menyelamatkan orang dari kuk kejahatan (Yes.58:6; Mat.17:14-21; Luk.4:18).
9.      Memperoleh  petunjuk dan hikmat mengenai kehadiran Allah (Kis.13:2-3).
10.    Mendisiplinkan tubuh agar dapat menguasai diri (Mzm.35:13; Rm.13:14; 1Kor.9:27)
11.    Membuka jalan bagi pencurahan Roh Kudus dan kedatangan Kristus kembali untuk umat
         pilihan-Nya (Mat.9:15).
B.     Tata Cara Melaksanakan Puasa atau  Doa-Puasa
         Jika kita meneliti dengan seksama tata cara pelaksanaan puasa dalam Alkitab, maka kita tidak akan menemukan secara detail bagaimana hal itu dilaksanakan. Bahkan dalam  aturan Yahudi berdasarkan Hukum Taurat –yang adalah Perjanjian Lama dalam Alkitab kita-, hal itu tidak banyak diatur.
         Namun, dalam Perjanjian Baru kita menemukan sedikit uraian tentang  bagaimana cara berpuasa sebagaimana dikatakan Tuhan Yesus dalam Mat.6:16-18: "Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu." Dari kutipan ayat ini  kita dapat  menyimpulkan tentang kriteria atau syarat melaksanakan  puasa maupun doa puasa  dalam kekristenan saat ini, yakni:\
1.      Jangan “pamer” kepada orang lain bahwa kita sedang berpuasa
2.      Jangan lakukan dengan kemunafikan, yakni saat berbuasa justru kita sedang  melakukan dosa
         dan kejahatan (bd. Yes.58:4)
3.      Lakukan puasa hanya untuk Tuhan dalam ketulusan, bukan karena ingin mendapat pujian
         orang.
4.      Lakukan dengan wajar tanpa menarik perhatian orang.
Kapan dan bilamana puasa itu dilaksanakan? Aturan waktu pelaksanaan puasa tidak dijelaskan secara terperinci dalam Alkitab. Namun, berdasarkan uraian tentang tujuan puasa di atas kita dapat menyimpulkan bahwa puasa dilaksanakan tidak berdasarkan waktu terjadwal atau aturan baku tertentu, melainkan berdasarkan kondisi atau  kebutuhan pribadi yang akan melaksanakan puasa (bd. Dan.9:3-19). Sebagai contoh misalnya jika  ingin sembuh dari sakit dan memintah jamahan Tuhan secara khusus, orang tersebut dapat melakukan doa puasa (bd. 2Sam.12:15-16). Dengan kata lain tindakan puasa berhubungan erat dengan komitmen seseorang untuk melakukan yang  terbaik  bagi Tuhan. Perhatikanlah bahwa puasa dilakukan untuk Tuhan, sehingga soal waktu  -kapan pelaksanaannya dan bagaimana melaksanakannya- diserahkan sepenuhnya kepada tiap pribadi berdasarkan komitmen yang  ia buat.
Dalam Daniel 10:3  kita menemukan bahwa lamanya waktu puasa dan  jenis puasa yang dilakukan amat tergantung pada pilihan dan putusan pribadi seseorang yang akan melaksanakan puasa. Memang kita mendapat kesan, bahwa kegiatan puasa  seakan “tidak mendapat perhatian” Alkitab dibanding dengan kegiatan-kegiatan rohani lainnya. Hal ini disebabkan karena puasa adalah sarana pelengkap dari berbagai kegiatan rohani lainnya yang tidak terikat menjadi suatu keharusan untuk dilaksanakan. Sebagai  contoh:
-         Setiap orang percaya diwajibkan untuk berdoa, namun tidak diharuskan untuk melaksanakan
          puasa.
-         Setiap orang percaya harus mengaku dosanya dan memohon  pengampunan dari Allah agar
          keselamatan yang telah ia terima tidak diambil darinya, namun tidak diharuskan  untuk
          melaksanakan puasa untuk memperoleh keselamatan  itu.
Itulah sebabnya Yesus tidak mempermasalahkan para murid ketika mereka tidak ikut berpuasa sebagaimana dilakukan oleh orang Israel umumnya dan para Farisi khususnya (bd. Mat.9:14). Hal ini tidak berarti bahwa berpuasa tidak memiliki keunggulan dan  kegunaan. Perhatikanlah uraian tentang tujuan dan manfaat puasa di atas! Pada  umumnya puasa menyenangkan hati Tuhan, asalkan itu diimbangi dengan perbuatan-perbuatan benar (bd, Yes.58:4), bahkan membantu memaksimalkan kuasa doa dan permohonan tertentu kepada Tuhan. Sebagai contoh, doa dan puasa mampu mengusir kuasa setan yang mengganggu kehidupan rohani dan jasmani seseorang (Mat.17:14-21).
Jika puasa adalah suatu komitmen saudara untuk dilakukan kepada Tuhan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang saudara inginkan dan berkenan dihadapan Tuhan, maka berikut ini sedikit saran cara melakukan puasa (doa-puasa):

1.      Sediakan beberapa hari untuk menyiapkan pelaksanaan puasa
2.      Tentukan Jenis Puasa apa yang akan anda lakukan. Misalnya: Puasa penuh (tidak makan dan
          minum); Puasa biasa (tidak makan); Puasa sebagian (berpantangan makanan tertentu)
3.      Tentukan kapan akan dilaksanakan dan berapa lama. Misalnya: satu hari penuh, atau berarti
         24  jam pelaksanaan (Jika dimulai jam 10.00 maka mesti berakhir pukul 10.00 esok harinya); 
         Bisa juga setengah hari atau 12 jam pelaksanaan (Jika dimulai pkl 07.00 maka mesti berakhir
         pkl 19.00). Inilah yang disebut dengan komitmen dan laksanakan komitmen itu.
4.      Tentukan tujuan dari pelaksanaan puasa itu. Misalnya: agar mendapatkan karunia  khusus;
         kesembuhan dari sakit;  pekerjaan dll; atau tanpa permintaan khusus hanya untuk
         menyenangkan hati Tuhan.
5.      Sampaikan semua komitmen saudara itu (point 2-4) kepada Tuhan melalui doa pada masa
         persiapan pelaksananan puasa (point 1). Ingatlah masa persiapan ini sangat penting. Isilah
         masa persiapan ini dengan doa dan pujian pada waktu2 tertentu di dlm kamar misalnya.
6.      Hindari segala bentuk tindakan, perkataan atau pikiran yang jahat yang akan membawa anda
         jatuh dalam dosa pada masa persiapan dan di saat pelaksanaan puasa. Jika tidak puasa anda
         batal.
7.      Karena ini adalah komitmen anda di hadapan Tuhan, maka laksanakan dengan sepenuh hati.
         Ingatlah jangan batalkan komitmen yang sudah diucapkan. Sebab itu merupakan “janji” anda
         dihadapan Tuhan. Jika tidak, maka anda “berhutang”  janji  kepadaNya. Karena lebih baik tidak
         bernazar, dari pada mengucapkan nazar di hadapan Allah namun tidak menepatinya. (Ul.23:21).
8.      Selama melaksanakan puasa, jangan lupa untuk menyampaikan permintaan khusus kepada Allah
         (melalui doa) berdasarkan tujuan puasa yang telah anda tetapkan sebelumnya (point 4)

Adakah pantangan yang mengahalangi seseorang melaksanakan puasa?
Pertanyaan ini sering dihubungkan dengan beberapa aturan pada agama tertentu (Yahudi dan Islam). Satu diantaranya, jika seorang perempuan sedang “datang  bulan” (haid) maka haram hukumnya untuk beribadah, masuk dalam rumah ibadah atau melaksanakan kegiatan keagamaannya. Dalam perjanjian lama atau Hukum Taurat (kitab Kejadian-Ulangan) –yang  adalah aturan agama Yahudi- setiap  orang dilarang untuk beribadah atau menjalankan kegiatan kerohaniannya jika ia sedang dalam kondisi/keadaan Najis. Seseorang dikatakan najis jika:
1.      Terkena pada sesuatu yang najis antara lain binatang, bangkai binatang (Im.5:2)
2.      Perempuan yang baru melahirkan, ia najis selama 7 hari (Im.12:2)
3.      Jika menderita penyakit Kusta (Im.13:3)
4.      Aurat Laki2 mengeluarkan lelehan mengalami kenajisan sampai 8 hari terhitung saat lelehan itu
         sudah berhenti (Im.15:2-15)
5.      Laki2 yang tertumpah spermanya mengalami kenajisan sampai matahari terbenam (Im.15:17)
6.      Perempuan yang “cemar kain” atau haid mengalami kenajisan selama 7 hari  masa cemar kain
         ditambah 7 hari sesudahnya (Im.15:19,28)
7.      Bila menyentuh mayat mengalami kenajisan selama 7 hari (Bil.19:11).
8.      dll

Dengan demikian orang yang sedang haid, menurut Hukum Taurat dilarang beribadah dan melaksanakan kegiatan Rohani, termasuk di dalamnya Puasa. Mengapa Gereja tetap memperbolehkan perempuan yang sedang haid untuk masuk gedung Gereja dan beribadah, bahkan melayani Tuhan? Jawabannya sederhana! Bahwa Hukum Taurat yang ada dalam Perjanjian Lama tidak berlaku pada setiap orang yang percaya kepada Yesus Kristus. Perhatikan salah satu aturan Hukum  Taurat  tentang dilarang bekerja pada Hari Sabat. Waktu Yesus diprotes karena para murid bekerja pada hari sabat dan Yesus menyembuhkan orang pada hari sabat, Yesus berkata: “Anak manusia adalah Tuhan atas hari sabat (Mat.12:8; Luk.6:5). Secara tidak langsung bahwa Ia lebih tinggi dari aturan sabat, termasuk aturan Hukum Taurat.  Di tempat lain dalam Alkitab ditegaskan  bahwa  aturan  Hukum Taurat adalah penuntun Iman kepada Yesus Kristus. Jika Kristus telah hadir di dunia, maka kuasa Hukum Taurat tidak berlaku lagi (Gal.3:19-29).

Dari uraian diatas kita dapat menyimpulkan bahwa aturan Hukum Taurat sudah tidak berlaku lagi bagi mereka yang percaya kepada Yesus Kristus. Itulah sebabnya peraturan sunat, najis waktu haid, aturan sabat, korban bakaran dll  dalam Hukum Taurat tidak menjadi Dogma dan ajaran Gereja. Sekarang bolehkan orang berpuasa saat Haid? Jawabnya  BOLEH! Bukan kenajisan lahiriah (haid, kusta, kena sperma,  menyentuh mayat, tidak sunat dll) yang menentukan saudara tidak bisa beribadah dan melayani Tuhan melainkan kekudusan Rohanilah yang  dituntut oleh Tuhan ketika kita datang kepadanya. Kekudusan rohani misalnya: Sunat hati atau bersih hati (Kol.2:11-13; Rm.2:29); hidup benar dan menjauhkan diri dari  kejahatan dll.

C.     Kesi m p u l a n

Memang benar bahawa Puasa bukan suatu kewajiban dan penentu keselamatan seseorang. Namun puasa memiliki banyak kegunaan  rohani dan jasmani serta mengandung tujuan yang mulia yakni dilakukan  hanya untuk Tuhan. Manfaat puasa sangatlah baik untuk kehidupan spiritual seseorang karena mengandung ajaran disiplin rohani yang  memberi pengaruh positif bagi kehidupan lahiriah. Karena itu, walaupun bukan suatu kewajiban, namun disarankan umat Tuhan perlu untuk melakukannya.


Selamat Berpuasa!!

11 Agustus 2014

DOA SALOMO MEMOHON HIKMAT

TENTUKAN PILIHANMU: HIKMAT ATAU KEKAYAAN  1 Raja-Raja 3 :4-14

Saudaraku! Jika Allah datang kepada Anda dan berkata, “Kau boleh meminta apa saja,” apakah jawaban Anda? Apa yang Anda minta? Barangkali tidak salah kebanyakan dari manusia meminta  kekayaan, dan yang serupa dengan itu.. Salomo berdoa! Ada dua bagian utama dalam doa Salomo: Pertama, ia merendahkan diri di hadapan Allah, sambil berkata: “Aku masih sangat muda dan belum berpengalaman.” Kedua, ia meminta “pengertian untuk memutuskan hukum.” Ia ingin mendapatkan kebijaksanaan untuk memutuskan suatu perkara dengan benar dan adil. Salomo menginginkan kasih karunia dan kebijaksanaan dan kuasa untuk setiap situasi yang timbul dalam kerajaan. Ia tidak meminta apa-apa untuk dirinya sendiri kecuali kebijaksanaan untuk memerintah umat Allah secara bijaksana. Allah berkenan pada permintaan Salomo. Allah memberi Salomo hal-hal penting yang dimintanya dan menambahkan hal-hal lain yang tidak dimintanya. Allah berkata, “Dan juga apa yang tidak kau minta Aku berikan kepadamu, baik kekayaan maupun kemuliaan, sehingga sepanjang umurmu takkan ada seorang pun seperti engkau di antara raja-raja.” Nas ini mengajarkan tentang hal yang terutama dalam hidup yakni memperoleh  hikmat atau kebijaksanaan, sebab dengan itu kita diberi kemampuan untuk memperoleh hidup yang lebih bermakna dan bahagia, serta mampu menimbang berbagai perkara dengan benar dan adil. Memilih kekayaan dan umur panjang tidaklah salah, tetapi hal demikian sifatnya sementara, semuanya itu tidaklah abadi, namun dengan hikmat itu, orang diberi pemahaman yang dalam dan lebih sempurna untuk memaknai hidup yang sesuai kehendak Tuhan.

Saudara, dalam hidup banyak perkara yang di dalamnya kita harus membuat keputusan, memang tidak mudah sebab kepintaran yang ada pada kita tidak selamanya dapat memberi jawaban yang lebih tepat. Sebagai pemimpin tidak hanya kepintaran intelektual yang dibutuhkan tetapi hikmat yang dari Tuhan, sebab banyak persoalan yang rumit yang dihadapi. Hikmat itu mengajarkan tentang bagaimana orang harus mengandalkan Tuhan dalam setiap keputusanya, dan ia akan dimampukan untuk melaksanakan itu sehingga hasilnya berdampak positif untuk membangun hidup yang lebih baik. Raja Salomo sebagai abdi Tuhan ketika Tuhan menyodorkan apa yang dia minta bukan kekayaan, umur panjang, tetapi hikmat agar ia faham menimbang perkara dan membedakan antara yang baik dan yang jahat. Oleh karena yang dia minta adalah sesuai kehendak Tuhan maka hal itu diberikan kepadanya, sehingga  dengan demikian, ia  menjadi orang yang paling istimewa dan bijaksana di antara raja-raja lainya. Sikap demikian perlu kita teladani, sekarang ini orang berlomba-lomba untuk meraih kepintaran namun hidup bukan semakin baik dan benar, tetapi dengan meraih hikmat Tuhan, hidup manusia akan semakin baik dan benar. Apa yang kita cari di dunia ini, tidak salah orang mencari kepintaran, tetapi tanpa hikmat Tuhan, ia sulit menggapai kebahagiaan hidup. Tuhan telah menyediakan hikmat bagi kita, jadi perolehlah hikmat dan pengertian supaya kamu hidup. Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi  orang bodoh menghina hikmat dan didikan (Amsal 1:7). Begitu penting dan berharganya hikmat, hal itu lebih berharga dari emas dan perak, orang yang menerima dan mempergunakanya, dialah yang disebut orang berbahagia. Kebahagiaan orang bukan diukur dengan kekayaan tetapi dari hikmat yang dia pergunakan untuk memaknai hidup ini, baginya hidup harus disyukuri sebab itu adalah anugerah Tuhan semata.


Saudara, pilihlah yang terutama yakni hikmat yang dari  Tuhan, sehingga kita diberi pengertian tentang arti dan makna hidup, baik hidup di dunia ini juga tentang hidup yang akan datang. Atas dasar  hikmat yang dari atas  itu, Tuhan Yesus telah menyingkapkan rahasia besar bagi setiap orang percaya tentang hidup yang kekal itu, orang yang kurang berhikmat, baiklah dia meminta di dalam doa dengan sungguh-sungguh maka Tuhan akan memberikanya. Mintalah hikmat, kearifan atau kecerdasan kepada Tuhan. Mintalah kemampuan memilah dan menimbang masalah. Mintalah kecerdasan membedakan yang benar dan yang salah. Mintalah kemampuan mengambil keputusan yang tepat. Mintalah hati dan pikiran yang bening dan cerah untuk mengenali kehendak Tuhan. Jadilah cerdas, pintar dan bijak. Dialah sumber hikmat, dan tetaplah tinggal di dalam FirmanNya dan akuilah Dia dalam segala  lakumu maka kamu akan hidup dengan hikmat itu. Amin

Salinan dari :
PDT. ADVEN LEONARD,D.MIN
BLOG HAUMA NA RATA

Berhikmat adalah Pemberian Tuhan Kepada Kita Manusia

Berhikmat adalah Pemberian Tuhan Kepada Kita Manusia
Berhikmat sering kita dengar kata ini diucapkan oleh orang. Berhikmat diambil dari kata dasar Hikmat, dimana dalam kamus Indonesia Hikmat adalah kebijakan atau kearifan. Hikmat itu datang dari Tuhan, sehingga apa yang dilakukan orang tersebut sesuai dengan kehendak Tuhan. Berhikmat bukan merupakan hasil dari pendidikan atau pengalaman hidup dan merupakan kesalahan orang yang mengatakan orang Berhikmat itu sama dengan orang pintar. Ada tiga hal yang salah anggapan orang terhadap Berhikmat, yaitu :

Anggapan bahwa orang berhikmat itu adalah muncul karena pendidikan yang tinggi, ternyata tidak semua orang berpendidikan tinggi itu berhikmat. Banyak orang pendidikan tinggi, tingkah masih seperti anak-anak dan melakukan hal-hal yang tidak baik.
Anggapan bahwa orang berhikmat itu karena pengalaman hidup atau pengalaman bekerja, ternyata banyak orang yang memiliki pengalaman kerja tidak berhikmat dan tidak bijak. Hal ini merupakan suatu kesalahan menganggap hal tersebut.
Anggapan bahwa orang berhikmat adalah orang yang sudah tua, karena orang tersebut sudah banyak mengalami asam garam kehidupan. Ternyata hal ini salah, banyak orang yang sudah tua juga semakin tidak berhikmat dalam mengambil beberapa keputusan.

Dari hal diatas saya mau menyatakan bahwa, Hikmat berbeda dengan kepintaran atau memiliki pengetahuan dan ilmu yang banyak. Kepintaran dan memiliki pengetahuan dapat diberikan oleh manusia kepada kita, tetapi Hikmat hanya diberikan oleh Tuhan kepada kita manusia.

Sumber / Salinan dari :
Parlin Nainggolan
www.kompasiana.com/parlin_nainggolan

----------------------------------------
Hikmat juga berarti pemahaman akan apa yang benar dikaitkan dengan penilaian optimal terhadap suatu perbuatan. Sinonimnya termasuk: kebijaksanaan, kecerdasan, akal budi, akal sehat, kecerdikan. #Wikipedia

05 Agustus 2014

GPIB Getsemani, Utus Sambut KMJ 2014

 Ibadah Utus – Sambut :
03 Agustus 2014
 
Pdt. I. Nyoman Djepun, S.Th
&
Pdt. Luther Baktiar Tappi, S.Th



 
 












































































































































































































































































































VISI & MISI GPIB

VISI
GPIB menjadi gereja yang mewujudkan damai sejahtera bagi seluruh ciptaanNya

MISI
1. Menjadi Gereja yang terus menerus diperbaharui dengan bertolak dari Firman Allah, yang terwujud dalam perilaku kehidupan warga gereja, baik dalam persekutuan, maupun dalam hidup bermasyarakat.

2.Menjadi gereja yang hadir sebagai contoh kehidupan, yang terwujud melalui inisiatif dan partisipasi dalam kesetiakawanan sosial serta kerukunan dalam masyarakat, dengan berbasis pada perilaku kehidupan keluarga yang kuat dan sejahtera.

3. Menjadi Gereja yang membangun keutuhan ciptaan yang terwujud melalui perhatian terhadap lingkungan hidup, semangat keesaan dan semangat persatuan dan kesatuan warga Gereja sebagai warga masyarakat.

MOTTO :
Dan orang akan datang dari timur dan barat dan dari utara dan selatan dan mereka duduk makan di dalam Kerajaan Allah


DARI ADMIN

"TAK ADA GADING YANG TAK RETAK"

Jika dalam penyajian blog GPIB Getsemani ini terdapat kekurangan atau kurang sesuai dengan harapan anda, kami sebagai admin blog memohon maaf.

Blog ini disajikan semata-mata untuk mendokumentasikan kegiatan-kegiatan di kalangan kita, kendati belum sempurna dan belum semua terakomodir, itu dikarenakan keterbatasan kami.

Untuk keperluan updating, Artikel/Foto/Video yang ada di blog GPIB Getsemani, selain data dari admin sendiri, sebagian juga kami sadur/copy/download dari berbagai sumber yang telah ada di medsos.


Ucapan Terimakasih kami sampaikan kepada yang Artikel/Foto/Video nya telah kami unggah di blog ini.
Terimaksih juga kami kepada pengunjung blog, semoga blog ini bermanfaat bagi kita.

Note :
Blog ini akan di-off-kan jika sudah ada web penggati yang reprensentatif

Terimakasih. #ek